وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا مُوْسٰى بِاٰيٰتِنَا وَسُلْطٰنٍ مُّبِيْنٍۙ 96
Tafsir Kemenag
Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah mengutus Musa a.s. dilengkapinya dengan tanda-tanda kekuasaan-Nya dan mukjizat yang nyata dan kesemuanya itu menunjukkan keesaan Allah swt, tidak ada Tuhan melainkan Dia. Ulama tafsir sepakat bahwa tanda-tanda kekuasaan Allah yang memperkuat kenabian Nabi Musa a.s. ada sembilan macam, yaitu tongkat, tangan putih bercahaya, angin topan, belalang, kutu, darah, katak, kekurangan buah-buahan dan kekurangan jiwa. Kesembilan tanda-tanda kekuasaan Allah itu, telah dicantumkan antara lain dalam firman-Nya:
Lalu (Musa) melemparkan tongkatnya, tiba-tiba tongkat itu menjadi ular besar yang sebenarnya. Dan dia mengeluarkan tangannya, tiba-tiba tangan itu menjadi putih (bercahaya) bagi orang-orang yang melihatnya. (al-Araf/7: 107-108)
Dan firman-Nya:
Maka Kami kirimkan kepada mereka topan, belalang, kutu, katak dan darah (air minum berubah menjadi darah) sebagai bukti-bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. (al-Araf/7: 133)
Dan firman-Nya pula:
Dan sungguh, Kami telah menghukum Firaun dan kaumnya dengan (mendatangkan musim kemarau) bertahun-tahun dan kekurangan buah-buahan, agar mereka mengambil pelajaran. (al-Araf/7: 130)
Di samping kelengkapan mukjizat yang diberikan kepada Nabi Musa a.s. itu, Allah swt juga telah memberikan kefasihan dan kepandaian berhujjah kepada adiknya bernama Harun terutama di dalam berdialog dengan Firaun beserta pemimpin-pemimpin kaumnya. Inilah yang dimaksud dengan "sulthanan mubina" (mukjizat yang nyata). Sebagian ulama Tafsir berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan sulthanan mubina pada ayat ini, ialah tongkat Nabi Musa a.s. Sekalipun itu termasuk salah satu dari sembilan tanda-tanda kekuasaan Allah swt sebagaimana tersebut di atas, tetapi dialah yang paling menonjol dibandingkan dengan tanda-tanda kekuasaan Allah yang lain yang diberikan kepada Musa a.s. Dengan mukjizat tongkat itulah, ahli-ahli sihir Firaun berbalik, lalu beramai-ramai beriman meninggalkan Firaun dan kepercayaannya yang sesat, sebagaimana dalam firman Allah swt:
Dan Kami wahyukan kepada Musa, "Lemparkanlah tongkatmu!" Maka tiba-tiba ia menelan (habis) segala kepalsuan mereka. Maka terbuktilah kebenaran, dan segala yang mereka kerjakan jadi sia-sia. Maka mereka dikalahkan di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina. Dan para pesihir itu serta merta menjatuhkan diri dengan bersujud. Mereka berkata, "Kami beriman kepada Tuhan seluruh alam, (yaitu) Tuhannya Musa dan Harun." (al-Araf/7: 117-122)
Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia