وَجَاۤءَ اِخْوَةُ يُوْسُفَ فَدَخَلُوْا عَلَيْهِ فَعَرَفَهُمْ وَهُمْ لَهٗ مُنْكِرُوْنَ58
Tafsir Kemenag
Dalam kitab Perjanjian Lama Kitab Kejadian 42: 2-25 disebutkan bahwa Yusuf mengadakan persiapan dan perbekalan secara besar-besaran untuk menghadapi bahaya kelaparan pada musim kering. Untuk itu, dia membangun gudang-gudang besar untuk menyimpan bahan makanan yang dihasilkan pada musim subur. Ketika datang musim kering, ternyata kekeringan itu bukan hanya terjadi di Mesir saja, tetapi meliputi negeri-negeri tetangga yang berdekatan terutama di negeri Palestina. Terdengarlah di sana berita bahwa pemerintahan Mesir mempunyai simpanan bahan makanan yang banyak sekali, sehingga dapat membantu meringankan penderitaan penduduk negeri-negeri tetangga itu. Penguasa di sana rela melepaskan sebagian dari simpanan itu dengan cara menjual kepada siapa yang sangat memerlukannya. Oleh karena itu, Yakub menyuruh anak-anaknya (saudara-saudara Yusuf) supaya mengumpulkan barang-barang dagangan dan membawanya ke Mesir untuk ditukarkan dengan bahan makanan.
Untuk memenuhi permintaan Yakub, berangkatlah saudara-saudara Yusuf, kecuali Bunyamin karena tidak diizinkan oleh Yakub, untuk membeli bahan makanan yang sangat mereka perlukan. Ketika sampai di sana, mereka langsung menemui Yusuf dengan harapan akan segera dapat membeli bahan makanan, karena urusan ini sepenuhnya berada di tangan Yusuf. Ketika mereka masuk menghadap, Yusuf mengetahui bahwa yang datang itu adalah saudara-saudaranya sendiri, karena rupa dan jenis pakaian mereka masih melekat dalam ingatannya apalagi mereka berjumlah sepuluh orang. Yusuf berkata dalam hatinya, "Tidak diragukan lagi mereka ini adalah saudara-saudara saya." Sebaliknya mereka tidak tahu sama sekali bahwa yang mereka hadapi adalah saudara sendiri.
Mereka semua tidak lagi ingat bentuk Yusuf karena sudah lama berpisah, apalagi yang mereka hadapi adalah seorang perdana menteri dengan pakaian kebesaran dan tanda-tanda penghargaan berkilau di bajunya. Tidak mungkin Yusuf menjadi orang yang memiliki jabatan yang amat tinggi itu karena mereka telah membuangnya ke dalam sumur. Kalaupun masih hidup, dia tentu akan menjadi budak belian yang diperas tenaganya oleh tuannya.
Sumber:
Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia